Entries by admin

Bupati Natalis: Intan Jaya Terpilih untuk Disentuh Tangan-Tangan UGM

Pemerintah Kabupaten Intan Jaya yang terus berupaya mengelola dan memajukan wilayah yang dimekarkan dari Kabupaten Paniai pada tahun 2008. Dalam rangkaian upaya yang kontinu ini, semua pejabat Intan Jaya merasa bersyukur bisa terpilih untuk dibantu dan disentuh oleh tangan-tangan akademis dari UGM yang tidak pernah lelah membantu memberikan pendampingan kepada semua sektor yang ada. “Kami bersyukur, kami bisa menjadi salah satu kabupaten yang terpilih untuk dibantu. Ini anugerah luar biasa untuk kami yang mungkin tidak diperoleh kabupaten/kota yang lain,” kata Bupati Intan Jaya, Natalis Tabuni ketika menandatangani Nota Kesepahaman dengan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM, Erwan Agus Puewanto di ruang rapat dekanat Fisipol UGM, Selasa (28/4/2015).


Lebih lanjut Natalis, yang juga adalah alumnus Fisipol UGM ini mengakui bahwa kedekatan emosional dan ikatan akademis yang telah ada dan dipelihara dalam begitu banyak kerja sama menjadi dasar kuat bagi begitu banyak dialektika pendampingan, perencanaan dan pengendalian pembangunan yang ada di Kabupaten Intan Jaya. Dalam kesempatan penandatanganan yang disaksikan oleh Kepala PPKK Fisipol UGM, Ketua DPRD Intan Jaya, Kepala Bappeda Intan Jaya dan seluruh Kepala Bidang, dan pejabat-pejabat terkait, Bupati Natalis juga menegaskan bahwa kerja sama yang ideal antara UGM dan Kabupaten Intan Jaya harus bisa menguatkan keberpihakan akademisi untuk mengawal teori sampai ke bumi Intan Jaya.

“Semua teori dan ketrampilan yang ada di UGM harus bisa sampai pada Intan Jaya. Beberapa hal seperti persoalan akses transportasi, disparitas antar-wilayah, infrastruktur dan kualitas SDM harus bisa diantisipasi, dikendalikan dan dikontrol lewat kerja sama ini. Kami akan mengupayakan strategi yang matang untuk menyambut bola kerja sama ini. Beberapa waktu lalu, kami sudah bisa membuktikan bahwa gesekan-gesekan politik seputar pilkada bisa kami atasi dengan menggandeng kembali semua yang mungkin pernah berkompetisi dalam suksesi kepemimpinan. Dan hal ini yang kondusif untuk pembangunan di Intan Jaya,” lanjutnya.

Sementara itu Dekan Fisipol UGM, Erwan Agus Purwanto mengatakan bahwa komitmen untuk mengabdi dan melayani adalah bagian dari upaya UGM untuk terus membhaktikan tri-dharma perguruan tinggi. Konsistensi membantu pembangunan dan capaian kesejahteraan di Intan Jaya menurut Erwan menjadi dasar sejumlah akademisi UGM ikut memberi suntikan gagasan dan ide-ide segar. “UGM tetap berkomitmen mengembangkan pengabdian dan pelayanan kepada bangsa dan negara, termasuk memberi suntikan semangat dan ide segar kepada semua saudara di Kabupaten Intan Jaya,” jelas Erwan.

Ditegaskan bahwa Fisipol UGM merasa terhormat bisa bekerja sama dan membantu memberikan hasil-hasil penelitian dan jasa-jasa konsultasi yang mendukung segala program pembangunan yang ada. Diharapkan perkembangan dan kemajuan di Intan Jaya bisa menjadi hasil yang dicapai dengan usaha bersama ini. “Hasil-hasil yang diperoleh diharapkan bisa menjadi solusi bagi begitu banyak persoalan yang ada di Intan Jaya. UGM juga berbangga bisa menyiapkan pemimpin di Intan Jaya, termasuk Bupati Intan Jaya dengan pembekalan begitu banyak ketrampilan ilmu yang berguna bagi masyarakat,” pungkas Erwan.

Kegiatan penandatanganan Nota Kesepahaman ini juga menggandeng beberapa acara lain yakni rapat pembahasan dan penandatanganan kontrak kerja sama antara Kepala Bappeda Intan Jaya dengan Kepala PPKK Fisipol UGM mengenai program review dokumen RPJMD, RPJP dan RTRW serta Master Plan Pengembangan Pariwisata dan Perekonomian. Kepala PPKK Fisipol UGM, Bambang Purwoko mengatakan bahwa dengan semua hasil yang sudah ada serta yang akan dicapai, PPKK berusaha berpartisipasi dalam membangun Indonesia mulai dari daerah-daerah.

Bimtek Paser Hari ke-3: Kerja Sama Trilateral-Desk di Bappeda DIY

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi Bappeda terbaik seluruh Indonesia karena mengandalkan kerja sama tiga titik desk yang saling mendukung. “Kita menguatkan jaringan kerja sama tiga desk dengan menggandeng Bappeda Kabupaten/Kota, dan SKPD-SKPD teknis mulai dari Provinsi hingga Kabupaten Kota. Hanya dengan cara ini usulan-usulan masyarakat bisa diterima dan didengarkan dengan mekanisme yang profesional dan tentunya bebas dari politisasi yang cenderung keliru,” kata Kepala Bappeda DIY, Tavip Agus Rayanto dalam sesi penyusunan RKPD, KUA-PPAS dan penyusunan RAPBD dalam rangkaian acara Bimbingan Teknis Penyusunan Renstra dan Anggaran dengan Bappeda Kabupaten Paser, Kalimantan Timur (Jumat, 10/4/2015). Acara ini adalah salah satu dari rangkaian acara Bimtek Renstra dan Anggaran yang diprakarsai oleh Pusat Pengembangan Kapasitas dan Kerjasama (PPKK) Fisipol UGM.


Tavip lebih lanjut menjelaskan bahwa penguatan jaringan ini juga memerhatikan karakteristik kawasan dan kewilayahan yang cenderung tidak diperhatikan daerah lain yang terjebak dalam ego-sektor, dan ego-wilayah. Padahal, menurutnya analisis-analisis khusus untuk tentukan pagu anggaran juga memerlukan keberanian dari Bappeda untuk tidak terkooptasi dengan kepentingan-kepentingan ego-sektoral dan ego-kewilayahan. “DIY cenderung aman dan jarang sekali terjebak dengan skema dan trik-trik politik, karena pemimpin (Gubernur) DIY itu ditetapkan bukan dipilih. Ini merupakan salah satu keuntungan DIY yang di banyak Provinsi dan Kabupaten/Kota selalu menjadi rintangan,” jelasnya.

Bappeda DIY yang terkenal dengan pemusatan data, transparansi dan tingkat perencanaan dan pengendalian yang tinggi menggunakan beberapa produk on-line yang bahkan lebih maju dan berprospek ketimbang e-gov yang dijalankan di DKI Jakarta. “Kami berusaha meminimalisir SKPD yang salah menyusun program dan kegiatan. Sistem ini mengantar kami untuk bisa membantu Gubernur menyusun kebijakan umum terkait APBD. Jika ada provinsi atau Kabupaten/Kota yang mau mereplikasi sistem ini, kami akan bagikan dan berikan panduannya secara gratis,” sambungnya.

Dikatakan bahwa dengan sistem ini peluang pagu-pagu anggaran dipolitisasi menjadi program dan wewenang politisi menjadi terbatas. “Inti dari Bappeda ada di Perencanaan dan Pengendalian. Ini yang tidak boleh dilupakan oleh teman-teman dalam menyusun Renstra. Jika ada politisasi dalam perencanaan, maka Bappeda tentunya akan sulit dalam pengendalian. Kami meminimalisir bahkan menghilangkan hal-hal negatif di Perencanaan dan dengan sendirinya akan sangat terbantu ketika mengendalikan. Bappeda DIY didukung oleh sistem On-line yang bagus, ada jogjaplan, jogjadataku, sistem integrasi RDPK, dan sistem on-line Bappeda. Dengan semua ini kinerja SKPD dapat dikontrol dengan baik. Bahkan, sistem mengetahui dengan pasti SKPD mana saja yang tidak maksimal menjalankan program dan kegiatan,” katanya.

Achmad Murjani, Staf bidang Sarana dan Pra-sarana Bappeda Paser mengakui bahwa Bappeda DIY sukses menjaga keseimbangan antara perencanaan dan pengendalian karena memiliki posisi yang kuat dan tidak semena-mena dikooptasi oleh dinamika politik. Menurutnya, dengan profesionalisme dan tekad yang kuat, syering pengalaman dari Bappeda DIY ini bisa berguna untuk Bappeda Paser. “Ini adalah contoh yang bagus dan tentunya input yang berguna untuk seluruh proses Bimtek. Saya berharap, ke depan sistem ini bisa diadopsi oleh Bappeda Paser,” katanya.

Murjani juga mengapresiasi pola dan tahapan bimbingan teknis PPKK, Fisipol UGM. Menurutnya, ini adalah bimbingan teknis yang memberikan banyak wawasan, input dan strategi mengenai penyusunan Renstra dan Anggaran. “Yang masih harus diperhatikan adalah sinkronisasi materi. Mungkin sebelum Bimtek, para narasumber perlu memberikan bahan-bahan yang bisa kami dalami di Paser sebelum Bimtek,” ujarnya

Bimtek Paser Hari ke-2: Bappeda Penentu Kualitas Pembangunan

Kabupaten Paser memiliki potensi alam yang kaya seperti batubara, batu alam dan perkebunan kelapa sawit. Beberapa perusahaan besar dalam sektor pertambangan dan perkebunan dapat dijumpai di kabupaten yang masuk ke dalam Provinsi Kalimantan Timur ini. Bahkan,  salah satu perusahaan tambang batubara multinasional sudah beroperasi di Paser sejak tahun 1993. Kekayaan sumberdaya alam bisa menjadi keuntungan suatu daerah karena dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), tetapi ketergantungan daerah pada sektor hulu dan industri ekstraktif bisa juga menjadi bumerang bagi daerah tersebut. Pemerintah Daerah (Pemda) harus memahami ironi tersebut dan dituntut untuk memiliki antisipasi yang matang. Langkah visioner perlu segera dilakukan agar kelak pemerintah daerah siap menghadapi masa transisi pasca tambang yaitu ketika perusahaan-perusahaan pertambangan telah selesai beroperasi dan PAD tidak lagi bisa mengandalkan sektor tambang.


Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) adalah ujung tombak pemerintahan daerah. Baik atau buruknya kualitas pemerintahan suatu daerah bisa dikatakan sangat dipengaruhi oleh kinerja Bappedanya. Sama halnya dengan Kabupaten Paser, Bappeda perlu terus meningkatkan kapasitas dalam perencanaan pembangunan terutama untuk merealisasikan visi Pemerintah provinsi Kalimantan Timur yang akan mengubah kerangka pembangunan berbasis sektor ekstraktif menuju pembangunan yang lebih sustainable (berkelanjutan). Untuk mengubah paradigma hulu ke hilir membutuhkan kemauan dan kapasitas yang kuat dari Pemda, dan dalam hal ini Bappeda memiliki peran yang signifikan. Gagasan tersebut mengemuka di dalam diskusi kelas hari kedua Bintek Penyusunan Renstra dan Anggaran Bappeda Paser di Yogyakarta, dengan pemateri Dr. Gabriel Lele, dosen FISIPOL UGM. Kegiatan hari kedua diisi dengan ceramah dan diskusi interaktif dengan pemateri dari Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan (PSEKP) UGM dan FISIPOL UGM.

Dalam paparannya, Gabriel juga menyampaikan pentingnya peran Bappeda yang mengemban fungsi koordinatif. Selama ini, pelaksanaan pembangunan di daerah kerap terhambat oleh kurangnya koordinasi lintas sektoral atau munculnya ego sektoral. Dalam kasus tersebut, Bappeda menjadi penentu koordinasi antar SKPD. Perencanaan yang tertuang dalam dokumen perencanaan adalah salah satu medium efektif untuk memulai fungsi koordinasi. Selain itu, Bappeda harus memiliki kekuatan dan kompetensi yang baik untuk mengakomodir dan mengkoordinasikan program pembangunan lintas sektoral. Misalnya, untuk urusan pendidikan yang menuntut kerjasama beberapa SKPD, maka koordinasi dilakukan oleh Bappeda atau asisten sektor pendidikan. Leading sector harus didefinisikan dengan jelas pada awal perencanaan program yang artinya definisi tersebut sudah dijelaskan di dalam dokumen perencanaan.

Pembukaan Bimtek RENSTRA untuk Bappeda Kabupaten Paser

Penyusunan Rencana Strategis dan desain Rencana Pembangunan Jangka Menengah maupun Jangka Panjang di daerah-daerah perlu dimengerti sebagai usaha kontinu mendamaikan gerak dan visi politis dan teknokratis. “Ada ranah holistik yang harus diperhatikan sebagai sebuah keutuhan yang semestinya diapresiasi secara menyeluruh pula oleh semua yang bekerja dan mengabdi di Bappeda. Semua daerah membutuhkan siklus yang sinergis antara tujuan-tujuan pembangunan yang disusun mulai dari pusat hingga daerah. Terkadang birokrat di Bappeda terjebak dalam visi ambisius yang datang dari ranah politik dan kepemimpinan, yang berusaha dengan cara-cara misterius yang semuanya tentu berakhir dengan hasil yang merisaukan. Hal ini yang perlu dihindari. Penyusunan RPJP-D, RPJM-D, Renstra dan RKP-D harus menggunakan pola holistik yang tentunya tetap melihat simpul-simpul sinergis mulai dari renstra masing-masing SKPD, rencana masing-masing SKPD, rencana lembaga-lembaga hingga relasi pusat-provinsi dan kabupaten,” demikian kata Wakil Ketua PPKK Fisipol UGM, Gabriel Lele dalam sesi pertama Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) yang fokus pada Bimbingan Teknis Penyusunan Rencana Strategis, RPJPD, RPJMD, RKPD dengan Bappeda Kabupaten Paser di Hotel Gowongan Inn, Yogyakarta (Rabu, 8 April 2015).


Acara yang dibuka oleh Dekan Fisipol UGM, Erwan Agus Purwanto ini dihadiri oleh semua perangkat dan fungsi yang mengabdi di Bappeda Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Dalam sambutannya Erwan menegaskan posisi dan keberpihakan aparatus khususnya dalam mematangkan perencanaan dan menjaga konsistensinya dalam pembangunan dan kemajuan suatu daerah. “Diperlukan perencanaan yang matang dalam menanggapi kompleksitas persoalan yang kian berkembang di tengah masyarakat saat ini. Kebutuhan masyarakat dengan karakteristik urban yang terus meningkat dari waktu ke waktu membutuhkan keberpihakan dan kerja ekstra semua abdi masyarakat. Masalah publik akan semakin meluas dan berkembang seiring pertumbuhan wilayah-wilayah urban, semakin majemuknya problem publik dan munculnya berbagai persoalan,” kata Erwan.

Erwan juga menjelaskan bahwa untuk mengantisipasi semua itu perlu ada spirit optimis yang dibangun dari waktu ke waktu. Salah satu kanal ke arah itu adalah ditajamkannya perencanaan yang matang, penelusuran peluang dan sudut-sudut yang memungkinkan kemajuan dan perkembangan bisa terjamin. Salah satu contoh adalah dengan menguatkan posisi pertumbuhan penduduk sebagai salah satu modal utama dalam melihat peluang pasar di level daerah. Masyarakat harus dilihat sebagai potensi dan keunggulan, khususnya dalam menyambut MEA.

“Tentunya hal ini harus dikaitkan dengan beberapa persoalan lain seperti kemampuan perencanaan khususnya di sektor teknis, penganggaran publik, hingga keterbatasan SDM. Beberapa wilayah terbatas SDM-nya dari segi jumlah dan keahlian. Tantangan lain adalah kendala waktu yang cenderung menjadikan kerja rezim perencanaan terkadang tidak efektif dan memuaskan,” jelasnya.

Acara pembukaan yang disusul pemaparan sesi pertama ini diisi oleh Gabriel Lele yang membedah siklus perencanaan dan penganggaran, sinergi RPJPD, RPJMD, Renstra dan RKPD. Kekuatan regulasi di daerah harus bisa menjamin matangnya rencana bahkan menurut Gabriel kerja teknokratis dalam RPJMD harus bisa menyentuh pagu-pagu indikatif anggaran.

“Akan lebih mudah bagi Bappeda untuk bekerja keras untuk hasil yang hanya dikawal selama lima tahun, ketimbang kerja ekstra keras setiap tahunnya. Sirkulasi anggaran yang terkadang ‘diserobot’ oleh politisi di beberapa level, harus bisa diantisipasi dengan pendekatan-pendekatan teknokratis yang juga harus bisa menggandeng anggota legislatif dari suatu daerah pemilihan (dapil) ketika perencanaan yang paling dasar dimulai. Ketika mereka (para anggota legislatif) diajak dari level yang paling dasar, mereka diajak juga untuk mengawal dan tidak bisa seenaknya memutuskan kerja teknokratis di level-level selanjutnya,” jelasnya.

Mengutip treadmill syndrome, Gabriel juga menjelaskan bahwa visi-visi politis para pemimpin maupun calon pemimpin harus bisa mendukung perencanaan pembangunan lima tahunan atau dua puluh tahunan yang sudah disusun. “Jika tidak ada dialektika di bagian ini, para pemimpin cenderung berkeringat untuk sesuatu yang stagnan dan mengakui bahwa ia telah melampaui tujuang-tujuan pembangunan dengan baik. Padahal semuanya hanya sekadar usaha keras untuk jalan di tempat,” pungkas Gabriel.

Arie Ruhyanto, dosen dan peneliti Fisipol UGM pada bagian kedua mencoba mengelaborasi RPJMD Kabupaten Paser dengan mengetengahkan hasil review RPJMD Kabupaten di Selatan Tenggara Provinsi Kalimantan Timur ini. Menurutnya secara umum RPJMD Paser 2011-2015 sudah tidak memiliki problem serius. Hanya untuk beberapa bagiannya perlu semangat kritis dan kerja ekstra Bappeda sebagai instansi yang memiliki kekuatan di bidang perencanaan.

“Diperlukan semangat dan ketelitian, khususnya dalam mengkonversi visi-misi politik menjadi indikator-indikator yang bisa didayagunakan di level praktis. Ada beberapa hal yang perlu digarisbawahi dan menjadi tugas penyelenggara pemerintahan berdasarkan hasil review, khususnya posisi Paser sebagai salah satu Kabupaten Konservasi,” kata Arie.

Kepala Sub Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Bappeda Paser, Abdul Kadir pada kesempatan tersebut mengatakan bahwa perlu ada keseriusan internal dari Bappeda Paser sendiri khususnya dalam meningkatkan kapasitas birokrat dalam desain-desain perrencanaan yang sinergis. “Tentunya Paser sendiri sudah memiliki potensi dan sumber daya untuk itu. Namun, perkembangan dan regulasi-regulasi terkini tentunya membutuhkan banyak penyesuaian. Dan saya berharap apa yang dibagikan oleh begitu banyak ahli dan pakar pada kesempatan ini bisa menjadi acuan untuk memantapkan perkembangan dan kemajuan Paser,” katanya.

Diklat Penyusunan Rencana Strategis SKPD Maret 2015

PPKK FISIPOL UGM kembali menyelenggarakan Diklat Penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) pada tanggal 4-6 Maret 2015. Diklat yang rutin diselenggarakan PPKK ini menurut Peraturan Menpan dan RB No. 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Peserta diklat adalah para aparatur sipil negara (PNS) dari berbagai SKPD di beberapa daerah di Indonesia.


Pemateri diklat adalah para pakar dari FISIPOL UGM, KemenPANRB, Bappenas RI dan Bappeda Provinsi DIY. Seperti desain sebelumnya, PPKK FISIPOL tetap merancang kelas yang interaktif dan menuntut keaktifan peserta. Dengan format kelas yang membuka ruang diskusi dan menjalin interaktivitas antara pemateri dan  peserta, para peserta akan menjadi lebih memahami dan mendalami materi-materi yang disampaikan. Karakteristik diklat PPKK FISIPOL UGM adalah menekankan pada penguatan konsep dan landasan filosofis-teoritik yang kemudian diturunkan ke dalam level teknis melalui simulasi dan tugas-tugas individu maupun kelompok.

Pemutaran dan Diskusi Film “Tanah Mama”

PPKK FISIPOL dan Kelompok Kerja (Pokja) Papua Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan pemutaran dan diskusi film “Tanah Mama”, pada Sabtu 28 Februari 2015. Acara yang diadakan di Hall Kampus FISIPOL UGM tersebut menghadirkan 3 orang pembicara, salah satunya adalah Nia Dinata, direktur Kalyana Shira Films yang juga adalah produser film Tanah Mama. Selain Nia Dinata, nara sumber yang hadir yaitu Arie Ruhyanto (peneliti Pokja Papua UGM), Desintha Asriani (dosen FISIPOL UGM) dan Bambang Purwoko selaku Koordinator Pokja Papua UGM.


Dihadiri oleh 100 orang, acara screening film berjalan selama lebih kurang 90 menit. Usai pemutaran, acara dilanjutkan dengan diskusi bersama para narasumber. Beberapa peserta antusias berpartisipasi dalam diskusi. Peserta, selain bertanya tentang proses pembuatan film, juga ingin memahami konteks riil tema film yang menggambarkan beratnya perjuangan hidup seorang ibu di pedalaman Papua. Selain harus mengasuh anak dan mencari nafkah, mama Hallosina, tokoh utama dalam film Tanah Mama, juga harus menghadapi persoalan rumah tangga karena suaminya berpoligami. Sendirian mencari nafkah, Hallosina terbentur dengan persoalan hukum karena dia dituduh mencuri ubi yang dia ambil dari ladang saudara iparnya.

Nia Dinata mengungkapkan bahwa film dokumenter yang ia produseri tersebut memang belum sepenuhnya menggambarkan kehidupan para perempuan di pedalaman Papua, tetapi setidaknya melalui film tersebut masyarakat mampu melihat dalam perspektif yang lebih terbuka. Sementara itu, Arie Ruhyanto mengungkapkan bahwa kehadiran negara di pedalaman Papua sepertinya hanya sebatas adanya simbol-simbol negara. Negara tidak  hadir saat masyarakat membutuhkan pelayanan kesehatan, pendidikan dan infrastruktur penunjang ekonomi, tetapi negara hadir dalam bentuk represif, misalnya ketika mama Hallosina dituntut dengan tuduhan mencuri ubi di tanah saudaranya sendiri.

Rekrutmen Guru Penggerak Daerah Terpencil Kabupaten Puncak 2015

Pengarang PPKK Fisipol UGM
ISBN
Bahasa Indonesia
Halaman 89
Tahun 2015

Pemerintah Kabupaten Puncak yang secara riil menghadapi masalah serius dalam membangun dan memajukan pendidikan di daerah secara mandiri menginisiasi program rekrutmen guru tingkat PAUD, SD, SMP hingga SMA yang dinamankan Program Rekrutmen Guru Perintis/Penggerak Daerah Terpencil Kabupaten Puncak 2015, “Sarjana Indonesia Mendidik Bangsa”. Program ini sudah kedua kalinya dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Puncak bekerjasama dengan Kelompok Kerja Papua dan Pusat Pengembangan Kapasitas dan Kerjasama (PPKK) Fisipol Universitas Gadjah Mada. Pada tahun 2013 telah dilakukan program serupa dan berhasil memberangkatkan 33 guru dari berbagai bidang studi yang ditempatkan di tiga Distrik, yaitu Distrik Ilaga, Distrik Beoga dan distrik Sinak. Pada tahun 2015 ini Kabupaten Puncak menyelenggarakan kembali program ini yang bertujuan untuk merekrut guru-guru yang akan di tempatkan di 5 Distrik yang lain. Program ini dinamakan Program Guru Perintis/Guru Penggerak Daerah Terpencil karena para Guru yang akan direkrut dari berbagai wilayah Indonesia ini diharapkan bisa berperan sebagai tenaga penggerak daerah terpencil yang berjuang dan menggerakkan pendidikan masyarakat kabupaten Puncak sebagai salah satu wilayah terisolir di Indonesia. Para Guru Perintis/Guru Penggerak Daerah Terpencil diharapkan mampu menjalankan tugas-tugas pendidikan bukan hanya untuk anak-anak usia sekolah, namun juga bisa menjadi motivator dan fasilitator untuk meningkatkan semangat dan kemampuan kerja para guru setempat yang sudah lebih dulu mengabdikan dirinya di dunia pendidikan di wilayah kabupaten Puncak.

Seleksi Guru Perintis/Penggerak Kabupaten Puncak

Panitia rekrutmen Guru Perintis/Penggerak telah menyelesaikan proses seleksi tahap pertama yaitu seleksi administrasi. Seleksi administrasi merupakan proses penyaringan pelamar berdasarkan penilaian terhadap kelengkapan dokumen, persyaratan indeks prestasi komulatif (IPK), essay dan kesesuaian dengan bidang studi yang dibutuhkan. Seleksi tahap pertama ini berhasil menjaring sejumlah 327 orang dari total 410 pelamar. Pelamar guru perintis berasal dari berbagai provinsi di Indonesia, dengan pelamar terbanyak berasal dari Sulawesi Selatan. Informasi nama-nama pelamar yang lolos seleksi administrasi dapat dilihat di website Pokja Papua UGM dengan alamat http://pokjapapua.blog.ugm.ac.id.


Pelamar guru perintis yang lolos seleksi administrasi diwajibkan untuk mengikuti proses seleksi tahap kedua. Pelaksanaan seleksi tahap kedua akan dilakukan di beberapa kota besar yaitu Yogyakarta, Medan, Makassar dan Jayapura. Untuk seleksi di Yogyakarta, panitia menyelenggarakannya di FISIPOL UGM. Format penyaringan meliputi tes wawancara, psikotes, tes tertulis dan microteaching. Tim seleksi terdiri dari guru-guru bidang studi, panitia rekrutmen dan psikolog. Proses seleksi akan dilaksanakan sesuai jadwal berikut:

Tanggal Seleksi Tempat Seleksi Asal Pelamar
6-7 Desember 2014 Yogyakarta Jawa, NTB, dan NTT
9 Desember 2014 Jayapura Papua dan Papua Barat
11 Desember 2014 Medan Sumatera
10-11 Desember 2014 Makassar Kalimantan dan Sulawesi

Para pelamar yang lolos seleksi tahap kedua adalah mereka yang nantinya diberangkatkan ke Kabupaten Puncak Papua sebagai Guru Perintis. Para Guru Perintis tersebut akan menjadi bagian dari upaya peningkatan pendidikan di Kabupaten Puncak, yang merupakan daerah 3T. Sebelum diberangkatkan ke Puncak Papua, para guru perintis akan menjalani pembekalan dan pengarahan di Yogyakarta.

Kajian Kesiapan Menghadapi Investasi di Kabupaten Sorong Selatan

Pengarang PPKK Fisipol UGM
ISBN
Bahasa Indonesia
Halaman 200
Tahun 2014

Kajian ini fokus pada kesiapan masyarakat dalam menghadapi arus investasi. Kajian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Sorong Selatan dalam rangka merumuskan solusi atas tantangan dan kendala yang saat ini dihadapi sekaligus menjadi bahan masukan untuk pembuatan kebijakan investasi. Kajian ini memiliki lima tujuan utama:

  1. Menganalisis perkembangan sosial, ekonomi, budaya masyarakat terkait kesiapan masyarakat dalam menghadapi investasi.
  2. Memetakan respon multi-pihak terhadap perkembangan investasi yang sedang berjalan.
  3. Memetakan harapan dan kekhawatiran multi-pihak terhadap perkembangan investasi ke depan.
  4. Menyusun rekomendasi untuk membangun sinergi multi-pihak dalam pengembangan investasi di Kabupaten Sorong Selatan.
  5. Menyusun langkah-langkah penyiapan masyarakat, pemerintah, dan perusahaan dalam menghadapi investasi di Kabupaten Sorong Selatan.

Rekrutmen Guru Daerah Terpencil di Kabupaten Puncak Papua 2015

Pemerintah Kabupaten Puncak menjalin kerjasama dengan Pusat Pengembangan Kapasitas dan Kerjasama (PPKK)Fisipol UGM dan Pokja Papua UGM Yogyakarta untuk mengadakan Program Rekrutmen Guru Perintis. Rekrutmen ini bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan guru di Kabupaten Puncak dalam upaya mempercepat peningkatan akses pendidikan di sana. Sejak dimekarkan dari Kabupaten Puncak Jaya pada tahun 2008, daerah ini masih menghadapi persoalan kekurangan tenaga guru. Rasio guru dan murid di Puncak masih jauh dibandingkan dengan rasio sesuai Standar Pelayanan Minimum (SPM).


Program Guru Perintis diadakan pertama kali pada tahun 2013 lalu. Sejumlah 33 orang Guru Perintis yang terseleksi sudah bertugas di Puncak sejak Oktober 2013. Mereka tersebar di 3 distrik yaitu Ilaga, Beoga dan Sinak. Kehadiran guru perintis sudah mampu meningkatkan kelancaran proses belajar mengajar yang sebelumnya tersendat akibat kurangnya jumlah guru. Menimbang hasil dan manfaat yang sudah terlihat dari program Guru Perintis 2013, Pemkab Puncak, PPKK Fisipol UGM dan Pokja Papua UGM kembali membuka rekrutmen Guru Perintis 2014/2015.

Panitia Rekrutmen Guru Perintis 2014/2015 membuka kesempatan kepada para sarjana kependidikan maupun sarjana non kependidikan untuk melamar posisi guru yang nantinya akan ditempatkan di seluruh distrik di Kabupaten Puncak. Jumlah guru yang dibutuhkan  adalah 60 orang, untuk mengajar di jenjang PAUD/TK, SD, SMP, SMA dan SMK. Bidang-bidang studi yang masuk menjadi kualifikasi antara lain:  Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Ekonomi, Komputer/IT, Geografi, Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Olahraga, Seni dan Budaya, Pertanian (Agronomi dan Agrobisnis), dan Perkebunan.

Pendaftaran rekrutmen Guru Perintis dibuka mulai tanggal 22 Oktober 2014 dan ditutup pada tanggal 19 November 2014. Persyaratan dan ketentuan lengkap serta formulir aplikasi lamaran dapat dibaca dan diunduh di www.pokjapapua.blog.ugm.ac.id.

Aplikasi lamaran ditujukan kepada Panitia Rekrutmen Guru Perintis 2014/2015 dengan alamat sekretariat Rekrutmen Guru Perintis 2014/2015 di PPKK Fisipol UGM, Jalan Socio Justicia No. 2 Bulaksumur, Yogyakarta 55281, atau bisa juga dikirim ke alamat email pokjapapua@ugm.ac.id.