Entries by admin

Riset Lapangan di Kabupaten Intan Jaya Papua

Melanjutkan kontrak kerjasama yang telah disepakati antara Pemerintah kabupaten Intan Jaya dan FISIPOL UGM pada bulan Juni 2015, tim peneliti Pusat Pengembangan Kapasitas dan Kerjasama FISIPOL UGM melakukan kegiatan riset lapangan pada tanggal 4 hingga 11 Juli 2015 ke Sugapa, ibukota Kabupaten Intan Jaya, Provinsi Papua. Tim peneliti PPKK FISIPOL yang berlatar belakang dari beberapa disiplin ilmu ini melakukan kajian dan penggalian data untuk menuntaskan lima kegiatan kerjasama yaitu Revisi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Revisi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Revisi Rencana Tata Ruang dan wilayah (RTRW), Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Puncak Carstenz dan Rencana Induk Sekolah Berpola Asrama di Intan Jaya.


Eksplorasi selama kurang lebih satu minggu telah cukup memberikan gambaran untuk tim peneliti menyusun kerangka perencanaan pembangunan daerah yang menyeluruh dan sekaligus selaras dengan perencanaan tata ruang dan wilayah. Tidak dipungkiri bahwa sebagai Daerah Otonom Baru (DOB) sejak tahun 2009, Intan Jaya masih menghadapi tantangan di hampir semua sektor. Terdapat lima persoalan utama yang harus segera diatasi oleh pemerintah daerah. Persoalan tersebut antara lain transportasi, air bersih, energi, pendidikan dan kesehatan.

Terletak di pegunungan tengah Papua dengan ketinggian wilayah berkisar antara 1000 – 3000 m dpl, Kabupaten Intan Jaya memiliki topografi yang cukup ekstrim. Mayoritas wilayah Intan Jaya adalah perbukitan dan lembah yang curam yang menyebabkan kabupaten tersebut mengalami kesulitan akses transportasi. Satu-satunya akses transportasi ke Sugapa adalah dengan menggunakan pesawat perintis dan helikopter. Akibatnya, peredaran uang di Intan Jaya sangat rendah dan harga-harga kebutuhan pokok sangat mahal. Sebagai parameter, harga satu liter bensin di Sugapa mencapai Rp. 50.000,00. Kondisi tersebut memiliki banyak implikasi terhadap sektor-sektor lain. Dalam sektor kesehatan, Intan Jaya masih menghadapi isu ketersediaan dokter dan tenaga medis lain, penanggulangan penyakit menular (malaria, disentri dan TB), perbaikan gizi masyarakat, penurunan angka kematian ibu melahirkan dan penurunan angka kematian bayi. Isu krusial lain yang harus segera ditangani adalah minimnya akses masyarakat terhadap air bersih. Kurangnya ketersediaan air bersih bukan akibat tidak adanya sumber air melainkan belum terpasangnya instalasi air bersih untuk warga. Bagaimanapun juga, air adalah kebutuhan vital bagi masyarakat, selain tentu saja makanan dan sumber energi listrik.

Sesuai karakter dari PPKK FISIPOL UGM yang menerapkan evidence based policy, maka data-data yang berhasil dihimpun oleh tim PPKK FISIPOL di Intan Jaya akan menjadi basis penentuan rekomendasi kebijakan untuk pemerintah daerah setempat. Melalui penggalian data sekunder dan wawancara mendalam dengan stakeholders dan masyarakat, tim peneliti akan mampu merumuskan kebijakan pembangunan daerah yang lebih kontekstual, tepat sasaran dan benar-benar menjawab persoalan riil yang dihadapi oleh pemerintah daerah Intan Jaya.

Bimtek Renstra Bappeda Kabupaten Raja Ampat

Dibuka oleh Kepala PPKK Fisipol Universitas Gadjah Mada, Bambang Purwoko, Bimbingan Teknis Penyusunan Rencana Strategis untuk Bappeda Kabupaten Raja Ampat berlangsung dari tanggal 9-12 Juni 2015 di Yogyakarta. Peserta bimtek ini adalah 20 oang pegawai Bappeda Kabupaten Raja Ampat. Melalui bimtek yang pesertanya berasal dari institusi yang sama, diharapkan permasalahan-permasalahan yang selalu dialami Bappeda Raja Ampat dalam penyusunan Renstra dapat terselesaikan secara langsung. Disamping metode dan teknik baru maupun alternatif dalam penyusunan Renstra.


 

Diklat Reguler Penyusunan RENSTRA SKPD Bulan Juni 2015

Sebanyak 47 orang pegawai sipil negara (PNS) dari berbagai provinsi dan kabupaten di Indonesia berpartisipsi dalam Diklat Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) SKPD yang diselenggarakan oleh PPKK FISIPOL UGM Yogyakarta. Bertempat di Hotel Grand Aston Yogyakarta, Diklat Renstra SKPD menyediakan format kelas interaktif dan partisipatif sehingga peserta mampu memahami dan menyerap materi diklat dengan optimal. Selama tiga hari terhitung sejak tanggal 9 – 11 Juni 2015, para peserta dapat berbagi ilmu dn pengalaman dengan para trainer diklat yang terdiri atas akademisi dan praktisi di jajaran kementerian atau badan penyelenggara negara.


Diklat Renstra dibuka oleh Dekan FISIPOL UGM, Dr. Erwan Agus Purwanto dan Kepala PPKK FISIPOL UGM, Bambang Purwoko. Dalam sambutan pembukanya, Dekan FISIPOL menekankan pentingnya perencanaan. Dalam era desentralisasi ini, pemerintah daerah harus memiliki kesiapan dan kapasitas yang memadai untuk membangun daerahnya sendiri. Dalam kerangka pembangunan daerah tersebut perencanaan mengambil peran yang penting. Sebagai contoh, Jakarta menjadi kota paling macet sedunia merupakan buah dari kegagalan perencanaan di masa lalu. Bisa jadi, kemacetan Jakarta tidak separah saat ini seandainya sepuluh tahun yang lalu pemerintah (pusat maupun daerah) sudah mampu bertindak visioner dan strategis. Untuk itu, Erwan menghimbau para peserta untuk bersungguh-sungguh memanfaatkan waktu diklat untuk menyerap ilmu dan nantinya menerapkannya ketika sudah kembali ke daerah masing-masing.

Diklat Reguler Penyusunan LAKIP Bulan Juni 2015

PPKK FISIPOL UGM kembali menyelenggarakan Diklat Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (Diklat Penyusunan LAKIP) untuk para pegawai negeri sipil di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) se-Indonesia. Diklat yang diadakan di Hotel Saphir Yogyakarta tersebut diikuti oleh 45 orang PNS dari berbagai daerah di Indonesia, dengan peserta terbanyak berasal dari Jawa Tengah dan Kalimantan Barat. Bertempat di Hotel Saphir Yogyakarta. Diklat ini dibuka pada 8 Juni 2015 dan ditutup pada 10 Juni 2015.


Rangkaian diklat dibuka dengan sambutan oleh Dekan FISIPOL UGM, Dr. Erwan Agus Purwanto dan Kepala PPKK FISIPOL UGM, Drs. Bambang Purwoko. Dalam sambutannya, Dekan FISIPOL UGM menekankan pentingnya perubahan paradigma berpemerintahan. Pada era kolonial Hindia Belanda, Pemerintah, sesuai namanya, adalah penguasa yang memposisikan dirinya superior dibanding rakyat. Pemerintah pada era penjajahan Belanda sangat identik dengan represor, pihak yang memiliki kewenangan mutlak atas rakyat dan memiliki kekuatan untuk memerintah dan bahkan menarik upeti dari rakyatnya. Pasca kolonial, ada sedikit perubahan paradigma dan praktik berpemerintahan. Pada masa selepas kolonialisme, pemerintah adalah pamong praja yang masih merupakan penguasa meskipun tidak serepresif pemerintah kolonial. Berbeda lagi dengan paradigma yang harus mengikuti perubahan sistem politik-pemerintahan pasca reformasi. Saat ini, para pamong praja harus memiliki perspektif bahwa mereka adalah pelayan masyarakat. Dengan perspektif demikian, maka diharapkan akan terwujud akuntabilitas dan pertanggungjawaban kinerja pegawai negeri sipil sehingga rakyat dapat meningkat kesejahteraannya melalui kerja keras pemerintahnya.

Diklat Pelaporan Akuntabilitas Instansi Pemerintahan Maret 2015

PPKK FISIPOL UGM kembali menyelenggarakan Diklat Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (LAKIP) pada tanggal 3-5 Maret 2015. Diklat yang rutin diselenggarakan tersebut mengambil tempat pelaksanaan di FISIPOL UGM dan Hotel Inna Garuda Yogyakarta. Peserta diklat adalah para aparatur sipil negara (PNS) dari berbagai SKPD di beberapa daerah di Indonesia.


Pemateri diklat adalah para pakar dari FISIPOL UGM, KemenPANRB, Bappenas RI dan Bappeda Provinsi DIY. Seperti desain sebelumnya, PPKK FISIPOL tetap merancang kelas yang interaktif dan menuntut keaktifan peserta. Dengan format kelas yang membuka ruang diskusi dan menjalin interaktivitas antara pemateri dan  peserta, para peserta akan menjadi lebih memahami dan mendalami materi-materi yang disampaikan. Karakteristik diklat PPKK FISIPOL UGM adalah menekankan pada penguatan konsep dan landasan filosofis-teoritik yang kemudian diturunkan ke dalam level teknis melalui simulasi dan tugas-tugas individu maupun kelompok.

Lowongan Asisten Teknis Pelatihan PPKK Fisipol UGM

PPKK FISIPOL UGM membutuhkan 2 orang Asisten Teknis Kegiatan Diklat Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Juni 2015. Pelamar diharapkan sarjana S1 atau mahasiswa S1 UGM yang sudah lulus teori. Persyaratan lengkapnya sebagai berikut:


 

  1. Sarjana S1 UGM atau Mahasiswa S1 UGM yang sudah dinyatakan lulus teori
  2. IPK Minimal 3.00
  3. Memiliki pengalaman organisasi
  4. Memiliki pengalaman kepanitiaan dalam kegiatan kampus
  5. Mampu bekerja dalam tim
  6. Mau bekerja full-time mulai tanggal 6 – 11 Juni 2015

Berkas lamaran berisi surat lamaran, CV, Surat Keterangan Telah Lulus Teori/Ijazah dan Transkrip Nilai. Berkas dikirim langsung ke kantor PPKK Fisipol UGM Gedung BH Fisipol lantai 1 Jl. Socio Yustisia No. 2, Bulaksumur, Yogyakarta 55281 paling lambat diterima Kamis, 4 Juni 2015 Pkl. 15.00 WIB.

Unduh : PPKK – Lowongan Asisten Peneliti

Bupati Natalis: Intan Jaya Terpilih untuk Disentuh Tangan-Tangan UGM

Pemerintah Kabupaten Intan Jaya yang terus berupaya mengelola dan memajukan wilayah yang dimekarkan dari Kabupaten Paniai pada tahun 2008. Dalam rangkaian upaya yang kontinu ini, semua pejabat Intan Jaya merasa bersyukur bisa terpilih untuk dibantu dan disentuh oleh tangan-tangan akademis dari UGM yang tidak pernah lelah membantu memberikan pendampingan kepada semua sektor yang ada. “Kami bersyukur, kami bisa menjadi salah satu kabupaten yang terpilih untuk dibantu. Ini anugerah luar biasa untuk kami yang mungkin tidak diperoleh kabupaten/kota yang lain,” kata Bupati Intan Jaya, Natalis Tabuni ketika menandatangani Nota Kesepahaman dengan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM, Erwan Agus Puewanto di ruang rapat dekanat Fisipol UGM, Selasa (28/4/2015).


Lebih lanjut Natalis, yang juga adalah alumnus Fisipol UGM ini mengakui bahwa kedekatan emosional dan ikatan akademis yang telah ada dan dipelihara dalam begitu banyak kerja sama menjadi dasar kuat bagi begitu banyak dialektika pendampingan, perencanaan dan pengendalian pembangunan yang ada di Kabupaten Intan Jaya. Dalam kesempatan penandatanganan yang disaksikan oleh Kepala PPKK Fisipol UGM, Ketua DPRD Intan Jaya, Kepala Bappeda Intan Jaya dan seluruh Kepala Bidang, dan pejabat-pejabat terkait, Bupati Natalis juga menegaskan bahwa kerja sama yang ideal antara UGM dan Kabupaten Intan Jaya harus bisa menguatkan keberpihakan akademisi untuk mengawal teori sampai ke bumi Intan Jaya.

“Semua teori dan ketrampilan yang ada di UGM harus bisa sampai pada Intan Jaya. Beberapa hal seperti persoalan akses transportasi, disparitas antar-wilayah, infrastruktur dan kualitas SDM harus bisa diantisipasi, dikendalikan dan dikontrol lewat kerja sama ini. Kami akan mengupayakan strategi yang matang untuk menyambut bola kerja sama ini. Beberapa waktu lalu, kami sudah bisa membuktikan bahwa gesekan-gesekan politik seputar pilkada bisa kami atasi dengan menggandeng kembali semua yang mungkin pernah berkompetisi dalam suksesi kepemimpinan. Dan hal ini yang kondusif untuk pembangunan di Intan Jaya,” lanjutnya.

Sementara itu Dekan Fisipol UGM, Erwan Agus Purwanto mengatakan bahwa komitmen untuk mengabdi dan melayani adalah bagian dari upaya UGM untuk terus membhaktikan tri-dharma perguruan tinggi. Konsistensi membantu pembangunan dan capaian kesejahteraan di Intan Jaya menurut Erwan menjadi dasar sejumlah akademisi UGM ikut memberi suntikan gagasan dan ide-ide segar. “UGM tetap berkomitmen mengembangkan pengabdian dan pelayanan kepada bangsa dan negara, termasuk memberi suntikan semangat dan ide segar kepada semua saudara di Kabupaten Intan Jaya,” jelas Erwan.

Ditegaskan bahwa Fisipol UGM merasa terhormat bisa bekerja sama dan membantu memberikan hasil-hasil penelitian dan jasa-jasa konsultasi yang mendukung segala program pembangunan yang ada. Diharapkan perkembangan dan kemajuan di Intan Jaya bisa menjadi hasil yang dicapai dengan usaha bersama ini. “Hasil-hasil yang diperoleh diharapkan bisa menjadi solusi bagi begitu banyak persoalan yang ada di Intan Jaya. UGM juga berbangga bisa menyiapkan pemimpin di Intan Jaya, termasuk Bupati Intan Jaya dengan pembekalan begitu banyak ketrampilan ilmu yang berguna bagi masyarakat,” pungkas Erwan.

Kegiatan penandatanganan Nota Kesepahaman ini juga menggandeng beberapa acara lain yakni rapat pembahasan dan penandatanganan kontrak kerja sama antara Kepala Bappeda Intan Jaya dengan Kepala PPKK Fisipol UGM mengenai program review dokumen RPJMD, RPJP dan RTRW serta Master Plan Pengembangan Pariwisata dan Perekonomian. Kepala PPKK Fisipol UGM, Bambang Purwoko mengatakan bahwa dengan semua hasil yang sudah ada serta yang akan dicapai, PPKK berusaha berpartisipasi dalam membangun Indonesia mulai dari daerah-daerah.

Bimtek Paser Hari ke-3: Kerja Sama Trilateral-Desk di Bappeda DIY

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi Bappeda terbaik seluruh Indonesia karena mengandalkan kerja sama tiga titik desk yang saling mendukung. “Kita menguatkan jaringan kerja sama tiga desk dengan menggandeng Bappeda Kabupaten/Kota, dan SKPD-SKPD teknis mulai dari Provinsi hingga Kabupaten Kota. Hanya dengan cara ini usulan-usulan masyarakat bisa diterima dan didengarkan dengan mekanisme yang profesional dan tentunya bebas dari politisasi yang cenderung keliru,” kata Kepala Bappeda DIY, Tavip Agus Rayanto dalam sesi penyusunan RKPD, KUA-PPAS dan penyusunan RAPBD dalam rangkaian acara Bimbingan Teknis Penyusunan Renstra dan Anggaran dengan Bappeda Kabupaten Paser, Kalimantan Timur (Jumat, 10/4/2015). Acara ini adalah salah satu dari rangkaian acara Bimtek Renstra dan Anggaran yang diprakarsai oleh Pusat Pengembangan Kapasitas dan Kerjasama (PPKK) Fisipol UGM.


Tavip lebih lanjut menjelaskan bahwa penguatan jaringan ini juga memerhatikan karakteristik kawasan dan kewilayahan yang cenderung tidak diperhatikan daerah lain yang terjebak dalam ego-sektor, dan ego-wilayah. Padahal, menurutnya analisis-analisis khusus untuk tentukan pagu anggaran juga memerlukan keberanian dari Bappeda untuk tidak terkooptasi dengan kepentingan-kepentingan ego-sektoral dan ego-kewilayahan. “DIY cenderung aman dan jarang sekali terjebak dengan skema dan trik-trik politik, karena pemimpin (Gubernur) DIY itu ditetapkan bukan dipilih. Ini merupakan salah satu keuntungan DIY yang di banyak Provinsi dan Kabupaten/Kota selalu menjadi rintangan,” jelasnya.

Bappeda DIY yang terkenal dengan pemusatan data, transparansi dan tingkat perencanaan dan pengendalian yang tinggi menggunakan beberapa produk on-line yang bahkan lebih maju dan berprospek ketimbang e-gov yang dijalankan di DKI Jakarta. “Kami berusaha meminimalisir SKPD yang salah menyusun program dan kegiatan. Sistem ini mengantar kami untuk bisa membantu Gubernur menyusun kebijakan umum terkait APBD. Jika ada provinsi atau Kabupaten/Kota yang mau mereplikasi sistem ini, kami akan bagikan dan berikan panduannya secara gratis,” sambungnya.

Dikatakan bahwa dengan sistem ini peluang pagu-pagu anggaran dipolitisasi menjadi program dan wewenang politisi menjadi terbatas. “Inti dari Bappeda ada di Perencanaan dan Pengendalian. Ini yang tidak boleh dilupakan oleh teman-teman dalam menyusun Renstra. Jika ada politisasi dalam perencanaan, maka Bappeda tentunya akan sulit dalam pengendalian. Kami meminimalisir bahkan menghilangkan hal-hal negatif di Perencanaan dan dengan sendirinya akan sangat terbantu ketika mengendalikan. Bappeda DIY didukung oleh sistem On-line yang bagus, ada jogjaplan, jogjadataku, sistem integrasi RDPK, dan sistem on-line Bappeda. Dengan semua ini kinerja SKPD dapat dikontrol dengan baik. Bahkan, sistem mengetahui dengan pasti SKPD mana saja yang tidak maksimal menjalankan program dan kegiatan,” katanya.

Achmad Murjani, Staf bidang Sarana dan Pra-sarana Bappeda Paser mengakui bahwa Bappeda DIY sukses menjaga keseimbangan antara perencanaan dan pengendalian karena memiliki posisi yang kuat dan tidak semena-mena dikooptasi oleh dinamika politik. Menurutnya, dengan profesionalisme dan tekad yang kuat, syering pengalaman dari Bappeda DIY ini bisa berguna untuk Bappeda Paser. “Ini adalah contoh yang bagus dan tentunya input yang berguna untuk seluruh proses Bimtek. Saya berharap, ke depan sistem ini bisa diadopsi oleh Bappeda Paser,” katanya.

Murjani juga mengapresiasi pola dan tahapan bimbingan teknis PPKK, Fisipol UGM. Menurutnya, ini adalah bimbingan teknis yang memberikan banyak wawasan, input dan strategi mengenai penyusunan Renstra dan Anggaran. “Yang masih harus diperhatikan adalah sinkronisasi materi. Mungkin sebelum Bimtek, para narasumber perlu memberikan bahan-bahan yang bisa kami dalami di Paser sebelum Bimtek,” ujarnya

Bimtek Paser Hari ke-2: Bappeda Penentu Kualitas Pembangunan

Kabupaten Paser memiliki potensi alam yang kaya seperti batubara, batu alam dan perkebunan kelapa sawit. Beberapa perusahaan besar dalam sektor pertambangan dan perkebunan dapat dijumpai di kabupaten yang masuk ke dalam Provinsi Kalimantan Timur ini. Bahkan,  salah satu perusahaan tambang batubara multinasional sudah beroperasi di Paser sejak tahun 1993. Kekayaan sumberdaya alam bisa menjadi keuntungan suatu daerah karena dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), tetapi ketergantungan daerah pada sektor hulu dan industri ekstraktif bisa juga menjadi bumerang bagi daerah tersebut. Pemerintah Daerah (Pemda) harus memahami ironi tersebut dan dituntut untuk memiliki antisipasi yang matang. Langkah visioner perlu segera dilakukan agar kelak pemerintah daerah siap menghadapi masa transisi pasca tambang yaitu ketika perusahaan-perusahaan pertambangan telah selesai beroperasi dan PAD tidak lagi bisa mengandalkan sektor tambang.


Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) adalah ujung tombak pemerintahan daerah. Baik atau buruknya kualitas pemerintahan suatu daerah bisa dikatakan sangat dipengaruhi oleh kinerja Bappedanya. Sama halnya dengan Kabupaten Paser, Bappeda perlu terus meningkatkan kapasitas dalam perencanaan pembangunan terutama untuk merealisasikan visi Pemerintah provinsi Kalimantan Timur yang akan mengubah kerangka pembangunan berbasis sektor ekstraktif menuju pembangunan yang lebih sustainable (berkelanjutan). Untuk mengubah paradigma hulu ke hilir membutuhkan kemauan dan kapasitas yang kuat dari Pemda, dan dalam hal ini Bappeda memiliki peran yang signifikan. Gagasan tersebut mengemuka di dalam diskusi kelas hari kedua Bintek Penyusunan Renstra dan Anggaran Bappeda Paser di Yogyakarta, dengan pemateri Dr. Gabriel Lele, dosen FISIPOL UGM. Kegiatan hari kedua diisi dengan ceramah dan diskusi interaktif dengan pemateri dari Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan (PSEKP) UGM dan FISIPOL UGM.

Dalam paparannya, Gabriel juga menyampaikan pentingnya peran Bappeda yang mengemban fungsi koordinatif. Selama ini, pelaksanaan pembangunan di daerah kerap terhambat oleh kurangnya koordinasi lintas sektoral atau munculnya ego sektoral. Dalam kasus tersebut, Bappeda menjadi penentu koordinasi antar SKPD. Perencanaan yang tertuang dalam dokumen perencanaan adalah salah satu medium efektif untuk memulai fungsi koordinasi. Selain itu, Bappeda harus memiliki kekuatan dan kompetensi yang baik untuk mengakomodir dan mengkoordinasikan program pembangunan lintas sektoral. Misalnya, untuk urusan pendidikan yang menuntut kerjasama beberapa SKPD, maka koordinasi dilakukan oleh Bappeda atau asisten sektor pendidikan. Leading sector harus didefinisikan dengan jelas pada awal perencanaan program yang artinya definisi tersebut sudah dijelaskan di dalam dokumen perencanaan.

Pembukaan Bimtek RENSTRA untuk Bappeda Kabupaten Paser

Penyusunan Rencana Strategis dan desain Rencana Pembangunan Jangka Menengah maupun Jangka Panjang di daerah-daerah perlu dimengerti sebagai usaha kontinu mendamaikan gerak dan visi politis dan teknokratis. “Ada ranah holistik yang harus diperhatikan sebagai sebuah keutuhan yang semestinya diapresiasi secara menyeluruh pula oleh semua yang bekerja dan mengabdi di Bappeda. Semua daerah membutuhkan siklus yang sinergis antara tujuan-tujuan pembangunan yang disusun mulai dari pusat hingga daerah. Terkadang birokrat di Bappeda terjebak dalam visi ambisius yang datang dari ranah politik dan kepemimpinan, yang berusaha dengan cara-cara misterius yang semuanya tentu berakhir dengan hasil yang merisaukan. Hal ini yang perlu dihindari. Penyusunan RPJP-D, RPJM-D, Renstra dan RKP-D harus menggunakan pola holistik yang tentunya tetap melihat simpul-simpul sinergis mulai dari renstra masing-masing SKPD, rencana masing-masing SKPD, rencana lembaga-lembaga hingga relasi pusat-provinsi dan kabupaten,” demikian kata Wakil Ketua PPKK Fisipol UGM, Gabriel Lele dalam sesi pertama Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) yang fokus pada Bimbingan Teknis Penyusunan Rencana Strategis, RPJPD, RPJMD, RKPD dengan Bappeda Kabupaten Paser di Hotel Gowongan Inn, Yogyakarta (Rabu, 8 April 2015).


Acara yang dibuka oleh Dekan Fisipol UGM, Erwan Agus Purwanto ini dihadiri oleh semua perangkat dan fungsi yang mengabdi di Bappeda Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Dalam sambutannya Erwan menegaskan posisi dan keberpihakan aparatus khususnya dalam mematangkan perencanaan dan menjaga konsistensinya dalam pembangunan dan kemajuan suatu daerah. “Diperlukan perencanaan yang matang dalam menanggapi kompleksitas persoalan yang kian berkembang di tengah masyarakat saat ini. Kebutuhan masyarakat dengan karakteristik urban yang terus meningkat dari waktu ke waktu membutuhkan keberpihakan dan kerja ekstra semua abdi masyarakat. Masalah publik akan semakin meluas dan berkembang seiring pertumbuhan wilayah-wilayah urban, semakin majemuknya problem publik dan munculnya berbagai persoalan,” kata Erwan.

Erwan juga menjelaskan bahwa untuk mengantisipasi semua itu perlu ada spirit optimis yang dibangun dari waktu ke waktu. Salah satu kanal ke arah itu adalah ditajamkannya perencanaan yang matang, penelusuran peluang dan sudut-sudut yang memungkinkan kemajuan dan perkembangan bisa terjamin. Salah satu contoh adalah dengan menguatkan posisi pertumbuhan penduduk sebagai salah satu modal utama dalam melihat peluang pasar di level daerah. Masyarakat harus dilihat sebagai potensi dan keunggulan, khususnya dalam menyambut MEA.

“Tentunya hal ini harus dikaitkan dengan beberapa persoalan lain seperti kemampuan perencanaan khususnya di sektor teknis, penganggaran publik, hingga keterbatasan SDM. Beberapa wilayah terbatas SDM-nya dari segi jumlah dan keahlian. Tantangan lain adalah kendala waktu yang cenderung menjadikan kerja rezim perencanaan terkadang tidak efektif dan memuaskan,” jelasnya.

Acara pembukaan yang disusul pemaparan sesi pertama ini diisi oleh Gabriel Lele yang membedah siklus perencanaan dan penganggaran, sinergi RPJPD, RPJMD, Renstra dan RKPD. Kekuatan regulasi di daerah harus bisa menjamin matangnya rencana bahkan menurut Gabriel kerja teknokratis dalam RPJMD harus bisa menyentuh pagu-pagu indikatif anggaran.

“Akan lebih mudah bagi Bappeda untuk bekerja keras untuk hasil yang hanya dikawal selama lima tahun, ketimbang kerja ekstra keras setiap tahunnya. Sirkulasi anggaran yang terkadang ‘diserobot’ oleh politisi di beberapa level, harus bisa diantisipasi dengan pendekatan-pendekatan teknokratis yang juga harus bisa menggandeng anggota legislatif dari suatu daerah pemilihan (dapil) ketika perencanaan yang paling dasar dimulai. Ketika mereka (para anggota legislatif) diajak dari level yang paling dasar, mereka diajak juga untuk mengawal dan tidak bisa seenaknya memutuskan kerja teknokratis di level-level selanjutnya,” jelasnya.

Mengutip treadmill syndrome, Gabriel juga menjelaskan bahwa visi-visi politis para pemimpin maupun calon pemimpin harus bisa mendukung perencanaan pembangunan lima tahunan atau dua puluh tahunan yang sudah disusun. “Jika tidak ada dialektika di bagian ini, para pemimpin cenderung berkeringat untuk sesuatu yang stagnan dan mengakui bahwa ia telah melampaui tujuang-tujuan pembangunan dengan baik. Padahal semuanya hanya sekadar usaha keras untuk jalan di tempat,” pungkas Gabriel.

Arie Ruhyanto, dosen dan peneliti Fisipol UGM pada bagian kedua mencoba mengelaborasi RPJMD Kabupaten Paser dengan mengetengahkan hasil review RPJMD Kabupaten di Selatan Tenggara Provinsi Kalimantan Timur ini. Menurutnya secara umum RPJMD Paser 2011-2015 sudah tidak memiliki problem serius. Hanya untuk beberapa bagiannya perlu semangat kritis dan kerja ekstra Bappeda sebagai instansi yang memiliki kekuatan di bidang perencanaan.

“Diperlukan semangat dan ketelitian, khususnya dalam mengkonversi visi-misi politik menjadi indikator-indikator yang bisa didayagunakan di level praktis. Ada beberapa hal yang perlu digarisbawahi dan menjadi tugas penyelenggara pemerintahan berdasarkan hasil review, khususnya posisi Paser sebagai salah satu Kabupaten Konservasi,” kata Arie.

Kepala Sub Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Bappeda Paser, Abdul Kadir pada kesempatan tersebut mengatakan bahwa perlu ada keseriusan internal dari Bappeda Paser sendiri khususnya dalam meningkatkan kapasitas birokrat dalam desain-desain perrencanaan yang sinergis. “Tentunya Paser sendiri sudah memiliki potensi dan sumber daya untuk itu. Namun, perkembangan dan regulasi-regulasi terkini tentunya membutuhkan banyak penyesuaian. Dan saya berharap apa yang dibagikan oleh begitu banyak ahli dan pakar pada kesempatan ini bisa menjadi acuan untuk memantapkan perkembangan dan kemajuan Paser,” katanya.